Selasa, 01 Mei 2012

Kelas Baru

Huamm...pengalaman yang berkesan memang meskipun menjadi wali kelas 3 minggu, paling tidak mengajari saa untuk berhadapan penuh dengan emosi anak ketika mereka tidak berada dalam suasana belajar.
Minggu pertama, saya masuk dikelas yang saya rasakan bingung dan menegangkan karena ertama kali buat saya memimpin langsung sebuah kelas tanpa ada guru bantu yang lain. Hari pertama berjalan dengan baik, hari kedua mulai ada gejolak mereka komplain dengan aturan yang sudah dibuat, dan memandang saya hanya sebagai pelengkap  yang sebentar singgah disitu saja. Ya..namanya anak-anak is never mind for me hehehhe, i never give up with it.. semangat dan saya siap menaklukkan mereka.
Sebagai guru yang beground saya seorang guru BK, maka saya melakukan pendekatan kepada mereka dengan memberikan contoh langsung dan pendekatan hati. Memberikan contoh langsung untuk masalah pengkondisian lingkungan kelas, misalnya tanpa mengucapkan perintah atau menyuruh anak untuk menambil sampah saya langsung ambil sapah yang berserakan disamping kanan kiri depan belakang mereka. Meski dalam 1 hari saya belum bisa menarik hati mereka untuk melakukan tindakan, tapi saya yakin anak-anak akan lebih mudah menerima jika sebagai orang tua mereka di sekolah saya memberikan contoh langsung untuk mereka. Hasilnya memang untuk 1sampai 3 hari memang belum bisa terlihat, tapi alhamdulillah hari ke 4 kesadaran mereka untuk mengambil sampah disekitar mereka tanpa harus menunggu saya sudah bisa mereka lakukan.
Well..pelan tapi pasti, pelajaran pertama untuk mereka akhirnya tersampaikan, meskipun dengan perlawanan dari mereka. Tapi saya yakin dengan terus memberikan contoh langsung dan motivasi kepada mereka pentingnya kebersihan dan kenyamanan kelas, mereka akan melakukan dengan senang hati bukan karena paksaan tapi karena kesadaran dan pembiasaan.
Masalah kedua sekarang, masalah belum bisa menundukkan mereka. Meskipun beground saya sebagai guru BK tapi belum menjamin itu menjadikan saya paham tentang mereka sepenuhnya, saya tetap harus berkonsultasi dengan guru lain yang lebih berpengalaman dan beliau juga salah 1 guru yang menjadi panutan untuk anak-anak (favorit hehehe), saya konsultasi ke beliau, alhamdulillah saya mendapat masukan yang begitu banyak dan saya terapkan dengan gaya saya sendiri tetap basicnya pendekatan melalui hati mereka (kebetulan bayak anak yg korban broken home). Alhamdulillah pelan-pelan, apa yang saya berikan, bisa mereka terima, bahkan mngin mereka lebih merasa nyaman berada di kelas. Terbukti untuk hari terakhir saya masuk kelas itu (wali kelas sudah datang), saya dapat tugas mendampingi anak kelas 4 outbond, mereka siswa saya terutama yang laki-laki datang kepada saya, "bu Nita mau kemana? nanati kalau gak ada bu Nita siapa yang akan dampingi kita di kelas".
Uh...well alhamdulillah, meskipun belum optimal saya berada dikelas itu paling tidak saya sudah sedikit diterima dihati mereka dan itu adalah modal paing penting buat saya untuk terus melakukan pendekatan dan pembiasaan kemereka untuk menjadi lebih baik.. Thank's guys for you all attetion to me, I Love U All.....
Dari pengalaman ini yang dapat saya tarik adaah, setiap anak itu bisa diajak untuk berkomunikasi, tinggal bagaimana kita sebagai orang dewasa menggunakan metode komunikasinya, mau menggunakan metode yang seperti apa?Tentunya juga harus disesuaikan dengan karakteristik anak.
Yang kedua, untuk melakukan pembiasaan kepada anak sebenarnya kuncinya 1, yakni konsisten kita untuk menjadi teladan yang baik untuk mereka.
InsyAlloh dengan 2 kunci itu, bagaimanapun karakteristik anak, mereka akan bisa menerimanya dengan baik.

1 komentar:

  1. isiyang dimaksud memang sudah bagus sebenarnya, tapi mohon terus dikoreksi lagi tentang cara penulisannya...
    semangat menulis, jangan menyerah untuk selalu berbagi dengan siapapun....

    BalasHapus