Rabu, 27 November 2013

Alasan aku Jatuh Cinta

Yogyakarta, sebagai "periuk" pembelajaran yang lebih dari memformatkan pelajarannya pada ekonomi, politik atau teknologi dengan kurikulum dan akreditasi pemerintahan. Yogyakarta, yang era 60-70 an kental dengan sekolah alam menawarkan jutaan ilmu yang terselip diseluruh ruas jalan. Yogyakarta, yang sekarang dikenal dengan kota pelajar tapi bukan lagi "periuk pembelajaran yang membebaskan pikiran kini lebih berisi para pelajar "memformat" pendidikan formal yang terakreditasi pemerintahan.
Pantas saja, jiwa merasa terseleksi dengan memelihara penasaran dan keinginan untuk menghirupkan Yogyakarta di km perjalanan hidup, Karena jiwa mencium serpihan ceceran isi "periuk" pecah oleh arogansi.
Tapi sebuah realita oleh jiwa yang "memformat" pada pendidikan formal tak bisa terhindar, takut terpental dari kehidupan sosial.
Baik...tidak harus tinggal dan menjadi orang Yogyakarta untuk masuk "periuk" pembelajaran. Cukuplah dengan melek mata, mau memperkembangan diri dengan "sekolah" tanpa batas dan menghadirkan diri ditengah masyarakat. Penghargaan diri tidak memerlukan status dalam struktur formal bentukan negara, penghargaan diri lebih pada karya yang dihasilkan dan bagaimana masyarakat menerimanya....

Selasa, 08 Januari 2013

Ternyata

       Memilih, tidak semudah dilakukan dengan kalimat aku pilih ini!! semua harus ada perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkannya. Ketika saya memutuskan untuk meneruskan sesuatu yang sudah saya dapat berarti juga harus siap kehilangan sesuatu yang saya dambakan lainnya.Tidak mungkin dua-duanya saya dapat begitu saja. Harus banyak perjuangan dan pengorbanan, berat memang tapi kalau kita berusaha untuk selalu mencintai dan menyukai semua pasti akan terasa lebih ringan. Jangan menyerah dengan apa yang membuat kamu sedih, bersemangatlah karena segala sesuatu itu indah kalau kita berada pada halyang seharusnya. Berdoa kepada Allah mintala ketetapan hati, agar jalan yang kamu pilih tiak salah arah. Bersemangatlah....!!!!

KODE ETIK KONSELOR, BECAUSE I'AM PROFESIONAL....

      Sebagai konselor profesional tidak semudah yang dikatakan orang. Karena pada dasarnya seorang konselor harus memiliki kepribadian yang kuat dan transparan atau apa adanya. Di dalam pelaksanaan tugas konselor tidak saja berhubungan atau bertanggung jawab kepada konseli atau klien tetapi juga kepada orang-orang yang ada disekitarnya misalnya, pihak sekolah, wali murid dan lembaga lain. Selain dari pada itu yang paling berat adalah tanggung jawab konselor pada diri sendiri, hal ini berkaitan dengan tuntutan bahwa konselor harus memiliki kepribadian kuat dan toleransi yang tinggi. Layaknya sebuah profesi profesional, profesi konselor juga memiliki kode etik yang didalamnya diatur segala macam bentuk "gerak" dan tanggung jawab konselor dalam menjalankan profesi.Berikut kode etik konselor yang berhubungan dengan Bab II Hubungan Konseling :